Pendidikan Ekonomi
Kamis, 30 Oktober 2014
Pendidikan Ekonomi Unej
Pendidikan
Ekonomi atau yang biasa dikenal dengan nama PE merupakan salah satu program
studi (Prodi ) dari jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember. Program studi (Prodi) pendidikan
Ekonomi (PE) memiliki tujuan untuk menghasilkan tenaga kependidikan, baik guru
maupun non guru yang profesional di bidang ekonomi untuk Sekolah Menengah Umum
maupun Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Bisnis Manajemen serta
lembaga-Iembaga pendidikan lain. Tujuan lainnya adalah menyiapkan lulusan untuk
dapat menguasai IImu Ekonomi, Manajemen, Kewirausahaan, Perkoperasian,
Akuntansi, dan Praktek Komputer yang memungkinkan lulusannya bekerja di dunia
usaha maupun pemerintah. Berdasarkan pengalaman, mereka mampu bersaing dengan
lulusan-Iulusan fakultas non-keguruan, baik Perguruan Tinggi Swasta maupun
Perguruan Tinggi Negeri. Berdasarkan informasi kelulusan Pendidikan Ekonomi
(PE) dari tahun-tahun yang sebelumnya, mahasiswa yang sudah menempuh S1 Program
Studi (Prodi) Pendidikan Ekonomi (PE), 70 % bekerja di suatu Perusahaan,
sedangkan 30 % yang lainnya berprofesi sebagai tenaga pendidik di Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs),Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA) maupun Sekolah Menengah Kajuruan (SMK), baik di sekolah
negeri maupun swasta. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menuntut ilmu, juga
dibutuhkan life skill (kemampuan)
untuk mengembangkat bakat yang melekat pada diri masing-masing individu,
sehingga kelak ketika lulus akan menjadi pribadi yang kuat mental dalam
menghadapi persaingan hidup yang semakin kompleks. Dengan begitu, meskipun
Program Studi (Prodi) Pendidikan Ekonomi (PE) diarahkan untuk menjadi guru yang
profesional, tetapi life skill yang
dimiliki para lulusan (alumnus) dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Ekonomi
(PE) juga dapat disalurkan dalam berkompetisi dengan para lulusan bidang
jurusan yang lainnya, sehingga para alumnus dari Program Studi (Prodi)
Pendidikan Ekonomi (PE) juga dapat bekerja di bidang-bidang tertentu seperti
layaknya alumnus dari bidang jurusan yang lainnya. Meskipun begitu, mereka
tetap profesional dalam pekerjaannya. Untuk tahun 2014 ini, Program Studi
(Prodi) Pendidikan Ekonomi (PE) terakteditasi B oleh BAN PT, pencapaian akreditasi
tersebut bukanlah sesuatu yang mudah digapai begitu saja, namun butuh
perjuangan yang ekstra dan pengorbanan. Namun, para warga Pendidikan Ekonomi
(PE) terus berusaha sampai saat ini agar mencapai akreditasi A. Walaupun
begitu, Program Studi (Prodi) Pendidikan Ekonomi (PE) menjadi Program Studi
(Prodi) terbaik se Universitas Jember pada tahun 2014 ini, hal ini menunjukkan bahwa
Pendidikan Ekonomi (PE) yang terakreditasi Bbisa mengalahkan Program Studi
(Prodi) yang lainnya, yang juga terakreditasi B juga maupun A, yang ada di
Universitas Jember.
Sistem
Kredit Semester (SKS) untuk semester pertama pada Pendidikan Ekonomi (PE),
Universitas Jember(Unej) diratakan yaitu 22 Sistem Kredit Semester (SKS), namun
apabila Indeks Prestasi Komulatif (IPK) mencapai minimal 3pada semester pertama,
maka untuk semester selanjutnya atau semester dua dapat menempuh mata kuliah
dengan 24 Sistem Kredit Semester (SKS). Mata kuliah pada semester pertama ada
10, diantaranya yaitu :
· Pengantar
Ekonomiè
2 SKS (90 menit per minggu)
· Pengantar
Pemasaran è
2 SKS (90 menit per minggu)
· Pengantar
Ilmu Sosial (PIS) è 2 SKS (90 menit per minggu)
· Pengantar
Manajemen è
2 SKS (90 menit per minggu)
· Dasar-Dasar
Akuntansi (DDA) è 2 SKS (90 menit per minggu)
· Pengantar
Ilmu Pendidikan (PIP) è 2 SKS (90 menit per minggu)
· Perkembangan
Peserta Didik (PPD)è 2 SKS (90 menit per minggu)
· Pendidikan
Agama Islam (PAI) è 3 SKS (150 menit per minggu)
· Pancasilaè
2 SKS (90 menit per minggu)
· Bahasa
Indonesia è
3 SKS (150 menit per minggu)
Pendidikan
Ekonomi memiliki 3 bentuk organisasi atau kegiatan, yaitu: Himpunan Mahasiswa
Prodi (HMP) Pendidikan Ekonomi (PE) Libra, Koperasi Mahasiswa (Kopma)
Pendidikan Ekonomi (PE) dan Jurnal Pendidikan Ekonomi yang baru diaktivkan lagi
pada tahun 2014 saat ini, setelah vacum selama 6 tahun, sejak tahun
2008.
Adapun
visi dan misi dari Pendidikan Ekonomi (PE), Universitas Jember, yaitu sebagai
berikut :
VISI
Menjadi pusat pengembangan dan
pembelajaran ekonomi dan penguatan materi ilmu ekonomi yang berkualitas berwawasan
lingkungan, dan berkemampuan mengembangkan IPTEKS serta meningkatkan IMTAQ.
MISI
1.
Mengembangkan pendidikan dan
pengajaran,penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang berorientasi pada
pengembangan pembelajaran ekonomi dan penguatan materi ilmu ekonomi
2.
Meningkatkan kualitas pembelajaran ilmu
ekonomi sesuai paradigma baru pendidikan atau empat pilar pendidikan:(learn to
know, learn to do, learn to be, and learn to live together)
3.
Menjalin dan mengembangkan kerjasama
dengan lembaga internal di linkungan UNEJ dan lembaga eksternal.
Sistem
pembelajaran pada Pendidikan Ekonomi (PE), Universitas Jember, masing-masing
tenaga pendidik atau dosen yang mengajar dengan menggunakan metode yang
berbeda, namun memiliki tujuan yang sama, yaitu menjadikan mahasiswa lebih
cepat dalam menanggapi materi yang diberikan oleh dosen. Ada yang cara
penyampaiannya dengan metode ceramah, diskusi dengan kelompok yang dibentuk di
kelas, pemberian intermeso, dan praktek dengan mengerjakan tugas dari setiap
materi yang disampaikan.Sistem pembelajaran di Pendidikan Ekonomi (PE),
Universitas Jember juga mengutamakan proses dari pembelajaran tersebut, bukan
hasil akhir dari pembelajaran. Misalnya, pada mata kuliah Akuntansi, yang
dibutuhkan untuk mengerti materi yang disampaikan, perlu adanya praktek atau
pelatihan penerapan materi secara berkesinambungan dan terus-menerus. Dengan
begitu, meskipun soal yang diberikan oleh dosen dapat dikerjakan dengan hasil
pengerjaan yang benar karena mendapat contekan dari teman, namun hal tersebut bukan
sesuatu yang diharapkan oleh dosen, akan tetapi yang diharapkan oleh dosen adalah
prosesnya dalam memecahkan soal tersebut, meskipun hasilnya salah. Mencontek
bukannya tidak diperbolehkan atau dilarang, melainkan dalam mencontek suatu
pekerjaan dari teman tentang tugas yang diberikan oleh dosen perlu dimengerti
asal usul pengerjaan soal tersebut, bukan ditelan mentah-mentah pekerjaan
teman, artinya hanya menyalin jawaban pekerjaan teman, tanpa bertanya tentang
bagaimana cara memecahkan soal tersebut, sehingga suatu ketika dosen bertanya
tentang tugas yang diberikan olehnya, maka mahasiswa tersebut tidak mampu
menjawabnya. Oleh karena itu, hal kecil seperti ini tidak boleh dibiarkan larut
secara berkelanjutan, karena sebagai calon guru yang nantinya akan terjun
berprofesi sebagai guru, apabila ditanya oleh muridnya, tidak akan mampu
menjawab, walaupun tidak berprofesi guru, misalnya bekerja di suatu perusahaan
atau mendirikan usaha sendiri, pengerjaan suatu tugas atau wewenang yang
dijalankan perlu diemban dengan sebaik mungkin, agar kepercayaan yang sudah
diberikan kepada kita tetap terjaga amanahnya.Sebagai mahasiswa Program Studi
(Prodi) Pendidikan Ekonomi, selayaknya mampu untuk berpikir kritis tentang
masalah ekonomi yang lagi boomingpadaakhir-akhir
ini, karena Pendidikan Ekonomi (PE) bukan hanya saja mempelajari tentang bagaimana
cara menjadi guru yang profesional, namun juga mengetahui permasalahan ekonomi
yang ada di negara sendiri, Indonesia maupun negara lainnya. Dengan begitu,
penerapan dari konsep ekonomi dapat tersalurkan dengan mempelajari
gejala-gejala yang terjadi dalam permasalahan ekonomi serta bagaimana suatu
individu mengambil keputusan yang terbaik dari suatu kondisi yang rumit.
Jumlah mahasiswa
antara laki-laki dan perempuan Pendidikan Ekonomi (PE), Universitas Jember dari tahun ke tahun tidak
sebanding, yaitu lebih banyak yang perempuan, sehingga yang dominan dalam
setiap kelas adalah perempuan. Hal ini dikarenakan pandangan masyarakat yang
menganggap bahwa anak perempuan lebih cocok menjadi tenaga pendidik, baik guru
maupun dosen, sehingga masyarakat yang mempunyai anak laki-laki, jarang yang diarahkan
untuk menempuh S1 di Program Studi (Prodi) Pendidikan, baik pendidikan IPA ataupun IPS.
Pengaruh Kenaikan BBM Terhadap Masyarakat Kecil dan Perekonomian Indonesia
BAB
I
Pendahuluan
Saat ini
banyak sekali kegiatan manusia di muka bumi ini yang menggunakan energi dari
Bahan Bakar Minyak (BBM). Bahkan hampir di setiap tempat ada saja energi dari
minyak yang digunakan. Seperti memasak, menggerakan mobil/motor, menggerakan
mesin-mesin pabrik, menghidupkan listrik, mejalankan kapal, menerbangkan
pesawat dan lain sebagainya.
Setelah
terbuai selama puluhan tahun dengan melimpahnya sumber daya minyak bumi,
manusia mulai khawatir akan habis/hilangnya sumberdaya ini apabila
dieksploitasi secara terus-menerus. Kekhawatiran ini dikarenakan manusia masih
kesulitan menemukan sumber energi lain yang serupa manfaatnya maupun
ekonomisnya dengan minyak bumi.
Di Indonesia, seruan pemerintah agar masyarakat menurunkan
tingkat konsumsi energi BBM dengan segala cara, sepertinya kurang berhasil.
Terbukti konsumsi BBM per tahunnya selalu meningkat. Padahal seruan ini sudah
membawa-bawa berbagai macam alasan, diataranya adalah untuk mengurangi
emisi/pencemaran udara, mengurangi efek global warming dan lain sebagainya,
termasuk untuk menghemat subsidi BBM dari APBN yang terus meningkat.
Belakangan
ini usulan kenaikan harga BBM mulai ramai didesakkan. Pemerintah SBY didesak
untuk menaikkan harga BBM. Desakan di antaranya datang dari calon presiden
terpilih Jokowi dan partai pengusungnya, PDIP. Apabila Kebijakan pemerintah
untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri maka akan
menyebabkan perubahan perekonomian secara drastis. Kenaikan BBM ini akan
diikuti oleh naiknya harga barang-barang dan jasa-jasa di masyarakat. Kenaikan
harga barang dan jasa ini menyebabkan tingkat inflasi di Indonesia mengalami
kenaikan dan mempersulit perekonomian masyarakat terutama masyarakat yang
berpenghasilan tetap. Kenaikan harga BBM
akan sangat berpengaruh terhadap permintaan (demand) dan penawaran
Permintaan dari masyarakat akan berkurang karena harga barang dan jasa yang
ditawarkan mengalami kenaikan. Begitu juga dengan penawaran, akan berkurang
akibat permintaan dari masyarakat menurun. Harga barang-barang dan jasa-jasa
menjadi melonjak akibat dari naiknya biaya produksi dari barang dan jasa.
Masalah lain yang akan timbul akibat dari kenaikan harga BBM
adalah kekhawatiran akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Ini terjadi karena
dampak kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi akibat komponen biaya yang
mengalami kenaikan. Kondisi perekonomian Indonesia juga akan mengalami masalah.
Daya beli masyarakat akan menurun, munculnya pengangguran baru, dan sebagainya.
. Disisi
lain, kenaikan harga BBM juga tidak dapat dihindari, karena membebani APBN.
Sehingga Indonesia sulit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, baik itu tingkat
investasi, maupun pembangunan-pembangunan lain yang dapat memajukan kondisi
ekonomi nasional.
BAB
II
Rumusan
Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas adalah mengenai
dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap perekonomian
Indonesia, yang berdampak pada tingkat inflasi juga menimbulkan banyak
kontroversi dikalangan masyarakat karena sangat berpengaruh terhadap roda
pereknomian dan menyebabkan kerugian bagi masyarakat kecil.
Masalah ini diambil karena kenaikan harga BBM dapat
mempengaruhi kondisi perekonomian nasional. Perumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1.
Apa penyebab pemerintah menaikkan harga BBM ?
2.
Bagaimana dampak dari kenaikan harga BBM terhadap inflasi
dan perekonomian Indonesia?
3.
Apa saja dampak kenaikan harga BBM khususnya bagi masyarakat kecil?
4.
Bagaimana langkah yang ditempuh pemerintah untuk
menanggulangi dampak kenaikan harga BBM?
BAB III
Pembahasan
Banyak
masalah melanda negeri ini, seperti benang kusut, entah dari mana harus ditarik
solusinya. Salah satu isu yang sedang hangat-hangatnya, adalah isu kenaikan
harga BBM. Perspektif umum BBM memang sudah semestinya naik, karena harga
minyak dunia memang sedang naik. Saya tidak paham bagaimana perhitungannya,
tetapi analisis dangkalnya, bila BBM tidak dinaikkan, untuk menutupi anggaran
pembangunan, larinya ke hutang luar negeri. Tetapi, hati kecil tentu saja
berkata, BBM jangan sampai naik. Bila BBM naik, harga-harga kebutuhan pokok
pasti akan naik. Tarif angkutan umum, naik dan sebagainya.Daya beli masyarakat
akan turun, dan berujung pada inflasi yang diperkirakan akan mencapai enam
persen. Empat sampai lima juta warga terancam miskin.
Menyikapi
isu kenaikan BBM seperti dalam situasi ini serba salah. BBM harus naik dan
kebijakan pascakenaikan harus seiring dijalankan untuk meredam gejolak sosial
yang pasti terjadi. Pemerintah tampaknya juga sangat menyadari akan realitas
sosial yang terjadi di masyarakat itu. Namun tampaknya tidak banyak pilihan
yang bisa diambil pemerintah terkait kebijakan yang akan mereka lakukan
mengenai Bahan Bakar Minyak itu untuk ke depannya. Yang perlu kita sadari
adalah kita sendiri tidak akan bisa mengambil keputusan yang bisa menyenangkan
banyak pihak. Selalu ada pihak yang akan merasa kurang sepakat dengan keputusan
yang kita ambil. Begit juga dengan keputusan pemerintah. Pasti ada beberapa
pihak eksternal maupun internal yang tidak sepakat dengan keputusan yang pemerintah
ambil. Sekarang tinggal bagaimana pemerintah mampu mensiasati banyak
permasalahan yang bergejolak di tengah masyarakat saja serta bagaimana
pemerintah mampu mengatasi permasalahan ini dengan lebih arif dan bijaksana
serta menempatkan masyarakat sebagai prioritas utama yang perlu diperhatikan
dalam pengambilan setiap keputusannya saja.
A. Penyebab pemerintah menaikkan harga BBM
Kenaikan harga dunia
menjadi alasan utama keputusan pemerintah menaikkan harga BBM. Tanpa kenaikan
harga, defisit APBN akan bertambah besar, demikian pula dengan defisit neraca
perdagangan karena Indonesia telah menjadi importir neto minyak. Berbeda dengan
tahun 2005 dan 2008, kenaikan subsidi saat ini tidak hanya disebabkan oleh
kenaikan harga dunia, tetapi juga melonjaknya konsumsi BBM bersubsidi. Namun,
di sisi lain, jika kenaikan harga minyak dunia tahun 2005 dan 2008 diikuti
dengan gejolak perekonomian—yakni depresiasi rupiah, kenaikan suku bunga dan
inflasi—pada 2012 hal tersebut tidak terjadi. Mengurangi volume konsumsi BBM
tanpa kenaikan harga harus dilakukan dengan menyediakan alternatif yang lebih
murah dan aman. Langkah ini tidak mudah dan tidak cepat dilakukan. Sebaliknya,
sudah banyak studi yang membuktikan bahwa kenaikan harga BBM akan diikuti
dengan penurunan konsumsi BBM.
Pengalaman
2005 dan 2008
Pada
2005, harga minyak dunia meroket dari 25 dollar AS per barrel
menjadi sekitar 60 dollar AS per barrel dan beban subsidi BBM melonjak
dari Rp 21 triliun menjadi Rp 120 triliun apabila harga BBM tidak dinaikkan.
Pada tahun itu, pemerintah telah dua kali menaikkan harga BBM, yakni Maret
dan Oktober. Meskipun memberatkan, kenaikan harga BBM tersebut telah
menolong perekonomian dari dua masalah makroekonomi. Pertama, pemborosan
anggaran dan kedua, gejolak rupiah. Dengan kenaikan harga BBM juga
terjadi penghematan konsumsi BBM.
Tahun 2008, harga BBM kembali dinaikkan dengan alasan lebih
kurang sama, yakni kenaikan harga minyak mentah dunia. Namun, kerumitan
terjadi karena ada gejolak di pasar keuangan. April 2008, harga saham
jatuh cukup tajam, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah juga melonjak.
Angka inflasi 0,95 persen pada April 2008 dianggap cukup tinggi karena
biasanya pada bulan tersebut rendah, bahkan deflasi. Waktu itu terjadi ekspektasi
inflasi dari ketidakpastian kondisi fiskal atau
defisit APBN karena pemerintah tak kunjung menaikkan harga BBM.
Pemerintahan di bawah Presiden Joko
Widodo (Jokowi) berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)bersubsidi
sebesar Rp 3.000 per liter. Langkah ini disinyalir dapat menekan penyalahgunaan
BBM bersubsidi. Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo
Siswoutomo mengatakan, dengan kenaikan harga BBM Bersubsidi semakin dekat
dengan harga sesungguhnya sekitar Rp 11.500 per liter, maka akan membuat
penyelundup merasa malas karena kecilnya keuntungan..
Perlu diketahui, 2015 merupakan
tahun yang penuh dengan tantangan. Hal tersebut tampak dari APBN-P 2014 yang
menunjukkan kerawanan-kerawanan. Apalagi, ada target penerimaan pajak yang
tidak terpenuhi selama lima tahun belakangan. Karena itu, tim transisi masih
berupaya untuk mengambil jalan terjal dalam memperbaiki kondisi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015. Bukan hanya dengan cara instan
menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), namun mengoptimalkan penerimaan
pajak.
Dampak Kenaikan Harga
Bahan Bakar Minyak (BBM)
Dalam situasi
ekonomi masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa kontraproduktif. Sebagian
masyarakat merasa tidak siap untuk menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM
ini merupakan tindakan pemerintah yang beresiko tinggi. Meskipun demikian,
kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif seperti :
A) Munculnya bahan bakar dan kendaraan
alternatif
Seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif baru. Yang sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan Bakar Gas). Harga juga lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas.
Seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif baru. Yang sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan Bakar Gas). Harga juga lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas.
B) Pembangunan Nasional akan lebih pesat
Pembangunan nasional akan lebih pesat
karena dana APBN yang awalnya digunakan
untuk memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi dicabut dan
dialihkan untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah.
C) Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara)
Jika harga BBM mengalami kenaikan,
maka jumlah subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat diminimalisasi.
D) Mengurangi Pencemaran Udara
Jika harga BBM mengalami kenaikan,
masyarakat akan mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan
dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh pada tingkat
kebersihan udara.
Namun
dampak negatifnya adalah:
1)
Harga barang dan jasa menjadi mahal
2) Meningkatnya biaya produksi
3) Terlambatnya biaya perekonomian khususnya
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah
4) Inflasi
B. Dampak Kenaikan Harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) Terhadap Inflasi dan Perekonomian
Jika harga BBM
mengalami kenaikan, maka akan terjadi inflasi. Dimana terjadinya inflasi ini
tidak dapat dihindari karena bahan bakar merupakan kebutuhan vital bagi
masyarakat, dan merupakan jenis barang komplementer. Dalam ilmu ekonomi, kata inflasi sering
muncul. Secara sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai turunnya atau
melemahnya nilai mata uang akibat banyaknya jumlah uang yang beredar
dimasyarakat.
Jika harga BBM
naik, harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan pula. Terutama dalam biaya
produksi. Inflasi yang terjadi dalam kasus ini adalah “Cost Push Inflation”. Karena inflasi ini terjadi karena adanya
kenaikan dalam biaya produksi. Ini jika inflasi dilihat berdasarkan
penyebabnya. Sementara jika dilihat berdasarkan sumbernya, yang akan terjadi
adalah “Domestic Inflation”, sehingga
akan berpengaruh terhadap perekonomian dalam negeri.
Kenaikan harga BBM akan membawa pengaruh
terhadap kehidupan iklim berinvestasi. Biasanya kenaikan BBM akan mengakibatkan
naiknya biaya produksi, naiknya biaya distribusi dan menaikan juga inflasi.
Harga barang-barang menjadi lebih mahal, daya beli merosot, kerena penghasilan
masyarakat yang tetap. Ujungnya perekonomian akan stagnan dan tingkat
kesejahteraan terganggu. Di sisi lain, kredit macet semakin kembali meningkat,
yang paling parah adalah semakin sempitnya lapangan kerja karena dunia usaha
menyesuaikan produksinya sesuai dengan kenaikan harga serta penurunan
permintaan barang. Kenaikan harga BBM berdampak pada meningkatnya inflasi.
Dampak dari terjadinya inflasi terhadap perekonomian nasional adalah sebagai
berikut:
1. Inflasi
akan mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja di masyarakat,
2.
Inflasi dapat mengakibatkan ketidak merataan pendapatan dalam masyarakat,
3.
Inflasi dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi.
Inflasi memiliki
dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi.
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti
dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional
dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau
mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para
penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta
kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Sementara
dampak inflasi bagi masyarakat, ada yang merasa dirugikan dan ada juga yang
diuntungkan. Golongan masyarakat yang dirugikan adalah golongan masyarakat yang
berpenghasilan tetap, masyarakat yang menyimpan hartanya dalam bentuk uang, dan
para kreditur. Sementara golongan masyarakat yang diuntungkan adalah kaum
spekulan, para pedagang dan industriawan, dan para debitur. Inflasi sebagai
salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah negara atau
daerah. Dimana tingkat inflasi menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa
secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen (IHK). Dengan demikian
angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan
tetap, dan disisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi dari suatu barang
dan jasa.
C. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Kenaikan Harga
BBM Khususnya Bagi Masyarakat
Kecil
Dampak psikologis dapat menimbulkan
suatu ekspektasi inflasi dari masyarakat yang dapat mempengaruhi kenaikan harga
berbagai jenis barang/jasa. Ekspektasi inflasi ini muncul karena pelaku pasar
terutama pedagang eceran ikut terpengaruh dengan kenaikan harga BBM dengan cara
menaikkan harga barang-barang dagangannya. Dan biasanya kenaikan harga
barang-barang kebutuhan pokok masyarakat terjadi ketika isu kenaikan harga BBM
mulai terdengar.
Dengan demikian sudah dipastikan,
kenaikan BBM akan merugikan masyarakat khususnya bagi masyarakat kecil. Seperti
yang diketahui dari adanya dampak BBM yang mengakibatkan inflasi serta
meningkatnya harga barang/jasa maka masyarakat
yang dibidang sektor perikanan yang terdiri dari nelayan dan pembudi
daya ikan skala kecil, usaha pertanian kecil dengan luas maksimal 2 hektar,
usaha mikro, dan lain-lain akan terkena dampak dari kenaikan harga BBM.
Logikanya seperti dampak yang terjadi di sektor transportasi. Seperti contoh
petani kecil tanaman pangan. Harga tanaman pangan para petani ini akan naik,
karena ongkos produksi untuk memproduksi tanaman pangannya akan naik akibat
kenaikan harga BBM. Artinya, para pembeli tanaman pangan para petani ini akan
terkena dampaknya. Lalu, dengan lumayan banyaknya tanaman pangan impor, ada kemungkinan
para pembeli tanaman pangan si petani akan beralih ke tanaman pangan impor.
Akibatnya, kenaikan harga BBM pun akan membunuh usaha si petani tersebut.
Dari adanya kenaikan BBM yang juga
berdampak pada kenaikan dari suatu barang dan jasa, maka bagi masyarakat kecil
akan mendapat kesulitan didalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Masyarakat
kecil akan semakin kewalahan di dalam pemenuhan kebutuhannya karna kenaikan
harga BBM memberikan efek yang terus menjalar dan mendongkrak biaya-biaya
produksi dan operasionalnya seluruh jenis barang.
Dan untuk seluruh jeni barang yang
menggunakan BBM sebagai salah satu input produksinya otomatis akan meningkat
sehingga masyarakat-masyarakat kecil akan dibuat semakin tidak berdaya dengan
adanya kenaikan BBM ini karena kenaikan BBM ini juga sangat berpengaruh pada
kenaikan harga pada suatu barang dan jasa.
Para pendukung kenaikan harga BBM bersubsidi menyatakan
bahwa harga BB tidak akan berdampak banyak pada rakyat miskin, karena konsumsi
BBM rakyat miskin itu kecil. Sebaliknya mereka beranggapan bahwa beban terbesar
kenaikan harga BBM ada pada kelas menengah ke atas, karena merekalah yang
mengkonsumsi bagian terbesar dari BBM bersubsidi melalui mobil pribadi mereka.
Sekarang dapat kita perhatikan dengan
melihat dari asumsi tersebut dapat kita asumsikan bahwa semua kelas menengah
atas yang memiliki mobil serta semua rakyat miskin adalah yang memiliki
kendaraan sepeda motor yang merupakan pengguna aktif BBM, dari sini dapat kita
melihat bahwa pengguna aktif BBM adalah pengguna kendaraan motor sehingga
dengan kata lain bahwa jumlah rakyat miskin yang menggunakan BBM lebih banyak
daripada jumlah menengah ke atas yang menggunakan BBM.
Adanya kenaikan harga BBM akan
berdampak serius terhadap masyarakat-masyarakat kecil khususnya. Karena dengan
adanya dampak kenaikan harga BBM ini juga membawa dampak terjadinya inflasi
serta kenaikan-kenaikan terhadap suatu barang/jasa.
Pemerintah didalam mengambil keputusan
untuk menaikkkan harga BBM terkadang kurang memikirkan dampak kedepannya
terhadap masyarakat-masyarakat kecil. Namun mungkin jika saja pemerintah telah
memikirkan dampak-dampak yang akan terjadi khususnya terhadap
masyarakat-masyarakat kecil akan tetapi pelaksanaan pemerintah didalam
menanggulanginya masih kurang maksimal dan merata sehingga masih banyak
masyarakat yang miskin dibuat semakin tak berdaya. Serta dari kurang meratanya
penanggulangannya tersebut banyak masyarakat-masyarakat dengan tingkat
ekonominya yang rendah semakin tak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya
karna bahan pangan ikut melonjak akibat dari kenaikan harga BBM.
D. Cara
Pemerintah Menanggulangi Dampak Kenaikan Harga BBM Pada Masyarakat Kecil
Pemerintah didalam menanggulangi hal tersebut yaitu dengan memberikan bantuan
langsung bagi kelompok masyarakat yang terkena dampak dari kenaikan harga BBM
sebagai kompensasi. Pemerintah akan menentukan fokus sasaran masyarakat mana
yang akan mendapatkan kompensasi ini bersama dengan DPR. Saat ini, pemerintah
tengah mempertimbangkan untuk memberikan kompensasi kenaikan harga BBM
bersubsidi bagi 17,5 juta kepala keluarga penerima raskin atau 40 persen
masyarakat dengan penghasilan terendah.
Menurut Menteri Keuangan Agus Martowardojo, pemerintah akan memikirkan bentuk
kompensasi atas penyesuaian harga BBM kepada masyarakat miskin. Alasannya,
kenaikan harga BBM bersubsidi akan memicu lonjakan inflasi yang akan tecermin
pada kenaikan harga dan kenaikan biaya transportasi. Pemerintah akan
menggunakan dana dari optimalisasi anggaran dan penghematan anggaran belanja
pemerintah. Namun pemerintah belum bisa memastikan berapa besar potensi
penghematan dan berapa jumlah dana kompensasi yang dibutuhkan pada tahun ini.
Pemerintah
juga perlu memaksimalkan dan meratakan bentuk kompensasi yang akan diberikan
kepada masyarakat-masyarakat miskin, karna pada kenyataannya pemerintah belum
memaksimalkan kegiatannya di dalam menanggulangi masalah tersebut.
Pemerintah
seharusnya juga perlu menghemat anggaran belanja karna anggaran yang seharusnya
dapat digunakan untuk membenahi infrastruktur yang masih kurang maksimal dan
juga dapat digunakan pada pembenahan-pembenahan di bidang pembangunan tidak
terlaksana karna pembelanjaan negara yang tidak hemat.
BAB IV
Penutup
Berdasarkan uraian
yang telah dibahas sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan dari masalah yang
dibahas. Inflasi merupakan melemahnya atau menurunnya nilai mata uang karena
banyaknya jumlah uang yang beredar dimasyarakat, atau suatau keadaan dimana
terjadinya kenaikan harga-harga secara umum dan terjadi secara terus-menerus
(continue).
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM)
akan berdampak bagi masyarakat. Baik itu dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak yang signifikan akan terjadi pada tingkat inflasi dan pada kondisi
perekonomian nasional. Dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi adalah akan
terjadi kenaikan pada tingkat persentase inflasi. Jumlah uang yang beredar di
masyarakat akan bertambah, dan akan berdampak pula pada harga berbagai jenis
barang dan jasa. Kondisi perekonomian akan mengalami goncangan, ketidakstabilan
akan terjadi.
Dengan
adanya hal tersebut, seperti naiknya harga barang dan jasa sangat berpengaruh
dan merugikan bagi masyarakat kecil khususnya. Masyarakat kecil dibuat semakin
tak berdaya karna tak mampu memenuhi kebutuhannya secara maksimal akibatnya
dari kenaikan harga dan barang tersebut.
Hendaknya
pemerintah memikirkan dampak-dampak yang terjadi kedepannya sebelum mengambil
keputusan untuk menaikkan harga BBM. Namun jika memang demikian keputusan yang
harus diambil maka pemerintah harus mengoptimalkan dan memaksimalkan didalam
menanggulangi masalah tersebut. Sehingga rakyat-rakyat miskin tidak merasa
dirugikan dan negara atau pemerintahan pun tidak tidak merasa merugikan dengan
mengambil kebijakan yang seadil-adilnya.
Langganan:
Postingan (Atom)